Halaman Depan

Berita
Reviews
Penulis
Cerita
Diari
Link
Galeri

Duel Laba-laba

Saat itu, saya sedang mengumpulkan semua pakaian kotor—yang beberapa hari terakhir ini bertumpuk-tumpuk—menunggu saat di cuci. Tapi yah, saya tahu hari ini saya pasti sangat menderita.

 

Saya mengambilnya begitu saja dan melempar beberapa dengan sembarangan ke ember cucian. Dan saya tak pernah membayangkan kalau ternyata ada mahluk hidup di antara bergunung-gunung pakaian itu.

 

Kutuang air dan deterjen ke dalam ember yang penuh baju kaos dan celana, lalu kuaduk-aduk seperti adonan aneka warna. Kemudian saya melihat, seekor laba-laba kecil berenang keluar dari sela-sela baju dan tampak berusaha mempertahankan hidupnya. Saya langsung menyelamatkannya karena kasihan dan meletakkannya di tembok. Saya betul-betul minta maaf padanya.

 

Kupikir itu adalah langkah yang paling tepat. Tapi apa yang terjadi kemudian, saya malah membuat laba-laba malang itu masuk ke dalam lubang maut.

 

Saya mengamati, ia bergerak lincah ke atas tembok dengan kedelapan kaki kurusnya. untuk sesaat saya mendesah lega. Yah, saya berhasil tidak menjadi pembunuh sore ini.

 

Ternyata ada sarang laba-laba lain di atas tembok. Semua orang yang mandi di tempat ini mungkin tidak akan pernah tahu keberadaan mereka, tapi saya memperhatikan. Spesies laba-laba penghuni kamar mandi bentuknya lebih kecil dan kurus ketimbang laba-laba yang kuselamatkan. Namun saya tidak tahu apa yang akan terjadi.

 

Kedua spesies laba-laba itu bertemu dan terjadi semacam pertentangan, mungkin laba-laba kecil itu berteriak, “JANGAN GANGGU SARANGKU, WAHAI PENDATANG!”. Entah kenapa saya malah menjagokan laba-laba yang kuselamatkan. Barang kali karena ukurannya lebih besar.

 

Kemudian terjadi pertarungan. Memang sih seharusnya saya memisahkan mereka, tapi aku tahu, ini adalah ehm… seleksi alam. Aku tidak boleh ikut campur. Meski sebenarnya akulah biang kerok pertemuan mereka.

 

Yang terjadi berikutnya benar-benar tidak masuk akal. Laba-laba jagoan saya mendadak mengeluarkan pertahanan yang amat pengecut, ia pura-pura mati. Oh saya tak percaya pada penglihatan ini, kenapa ia melakukan itu? Beberapa detik kemudian saya sadar, saya sama sekali keliru.

 

Ia ternyata memang mati, laba-laba kecil musuhnya pasti menyengat atau yang semacamnya. Mungkin ia lebih berbahaya dari apa yang kukira. Ukuran bukan segalanya, setidaknya aku benar-benar meyakini pendapat itu sekarang.

 

Saya masih memadangi laba-laba jagoan saya yang bergantung kaku di sarang musuh. Laba-laba pemenang melilitkan jaring halus di sekeliling badannya. Mata saya benar-benar melotot mengamati semua itu. Mungkin saya butuh kaca pembesar atau barangkali mikroskop. Tapi tentu saja benda-benda itu tidak ada di sana.

 

Para pembaca mungkin mengira saya sudah gila, tapi saya terus memikirkan kejadian itu sampai sekarang. Dan saya juga selalu ingat bagaimana saya kabur dari kamar mandi. Kemudian berlari ke kamar, menyalakan komputer  dan mengoreksi beberapa bagian novel Hozzo. Keasyikan, saya terus mengetik sampai larut malam, bahkan sampai lupa mandi. Sementara itu, cucian saya tergeletak tak terhiraukan di lantai kamar mandi hingga pagi keesokan harinya.

 

IBG Wiraga

 

kembali

 Copyright © 2005-2006 IBG Wiraga

Kontak Saya | IBG Wiraga Buku Liliput 

PasarBisnis


Google