Saat
itu, saya sedang mengumpulkan semua pakaian kotor—yang beberapa hari terakhir ini bertumpuk-tumpuk—menunggu saat
di cuci. Tapi yah, saya tahu hari ini saya pasti sangat menderita.
Saya
mengambilnya begitu saja dan melempar beberapa dengan sembarangan ke ember cucian. Dan saya tak pernah membayangkan kalau
ternyata ada mahluk hidup di antara bergunung-gunung pakaian itu.
Kutuang
air dan deterjen ke dalam ember yang penuh baju kaos dan celana, lalu kuaduk-aduk seperti adonan aneka warna. Kemudian saya
melihat, seekor laba-laba kecil berenang keluar dari sela-sela baju dan tampak berusaha mempertahankan hidupnya. Saya langsung
menyelamatkannya karena kasihan dan meletakkannya di tembok. Saya betul-betul minta maaf padanya.
Kupikir
itu adalah langkah yang paling tepat. Tapi apa yang terjadi kemudian, saya malah membuat laba-laba malang
itu masuk ke dalam lubang maut.
Saya
mengamati, ia bergerak lincah ke atas tembok dengan kedelapan kaki kurusnya. untuk sesaat saya mendesah lega. Yah, saya berhasil
tidak menjadi pembunuh sore ini.
Ternyata
ada sarang laba-laba lain di atas tembok. Semua orang yang mandi di tempat ini mungkin tidak akan pernah tahu keberadaan mereka,
tapi saya memperhatikan. Spesies laba-laba penghuni kamar mandi bentuknya lebih kecil dan kurus ketimbang laba-laba yang kuselamatkan.
Namun saya tidak tahu apa yang akan terjadi.
Kedua
spesies laba-laba itu bertemu dan terjadi semacam pertentangan, mungkin laba-laba kecil itu berteriak, “JANGAN GANGGU
SARANGKU, WAHAI PENDATANG!”. Entah kenapa saya malah menjagokan laba-laba yang kuselamatkan. Barang kali karena ukurannya
lebih besar.
Kemudian
terjadi pertarungan. Memang sih seharusnya saya memisahkan mereka, tapi aku tahu, ini adalah ehm… seleksi alam. Aku
tidak boleh ikut campur. Meski sebenarnya akulah biang kerok pertemuan mereka.
Yang
terjadi berikutnya benar-benar tidak masuk akal. Laba-laba jagoan saya mendadak mengeluarkan pertahanan yang amat pengecut,
ia pura-pura mati. Oh saya tak percaya pada penglihatan ini, kenapa ia melakukan itu? Beberapa detik kemudian saya sadar,
saya sama sekali keliru.
Ia
ternyata memang mati, laba-laba kecil musuhnya pasti menyengat atau yang semacamnya. Mungkin ia lebih berbahaya dari apa yang
kukira. Ukuran bukan segalanya, setidaknya aku benar-benar meyakini pendapat itu sekarang.
Saya
masih memadangi laba-laba jagoan saya yang bergantung kaku di sarang musuh. Laba-laba pemenang melilitkan jaring halus
di sekeliling badannya. Mata saya benar-benar melotot mengamati semua itu. Mungkin saya butuh kaca pembesar atau barangkali
mikroskop. Tapi tentu saja benda-benda itu tidak ada di sana.
Para pembaca mungkin mengira saya sudah gila, tapi
saya terus memikirkan kejadian itu sampai sekarang. Dan saya juga selalu ingat bagaimana saya kabur dari kamar mandi. Kemudian
berlari ke kamar, menyalakan komputer dan mengoreksi beberapa bagian novel Hozzo.
Keasyikan, saya terus mengetik sampai larut malam, bahkan sampai lupa mandi. Sementara itu, cucian saya tergeletak tak
terhiraukan di lantai kamar mandi hingga pagi keesokan harinya.
IBG
Wiraga